UKM Tas Kulit Kewalahan Penuhi Permintaan Ekspor |
UKM Tas Kulit Kewalahan Penuhi Permintaan Ekspor Posted: 04 Feb 2014 10:55 PM PST MEMILIH PRODUK: Konsumen memilih produk di showroom UKM Ganode di Dusun Modinan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Sleman. (suaramerdeka.com/ Amelia Hapsari) SLEMAN, suaramerdeka.com - Kerajinan tas kulit yang masih jarang merupakan peluang bisnis yang menggiurkan. Pasar usaha itu juga masih terbuka lebar tidak hanya di dalam negeri tapi juga mancanegara. Namun sayangnya, peluang ekspor itu tidak bisa langsung ditangkap karena ada beberapa kendala di lapangan. Persoalan yang paling utama adalah minimnya tenaga profesional di bidang itu. Yuyun Afnan (31), pelaku usaha kerajinan tas kulit di Dusun Modinan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Sleman mengaku sering mendapat order dari luar negeri terutama Jepang. Pesanan bisa mencapai 20 ribu unit tas. "Kami sulit memenuhi pesanan dalam jumlah banyak. Soalnya, usaha yang kami jalankan bukan kelas konveksi tapi level butik," kata pengusaha yang mengusung brand "Ganode" itu. Selama ini, dia hanya dibantu 3 penjahit untuk mengerjakan order tas yang per bulan mencapai 60-70 unit. Minimnya tenaga pendukung karena pekerjaan menjahit kulit memang butuh ketrampilan khusus. Tidak sembarang penjahit bisa melakukannya. "Tingkat kesulitannya tinggi. Harus sekali jalan karena kalau sudah cacat, tidak bisa diperbaiki," ungkapnya. Yuyun mengaku bisnis ini memang sangat menjanjikan. Dalam sebulan, pria yang mulai menjalani usaha tas kulit pada Maret 2013 itu bisa mengantongi omset minimal Rp 50 juta. Untuk memperluas segmen pasar, Yuyun mengkreasikan produk tas berbahan kulit sapi dalam beberapa kelas. Untuk level low, harga dibanderol di kisaran Rp 250 ribu-Rp 300 ribu per buah, sedangkan kelas menengah Rp 350 ribu-Rp 700 ribu. Di kelas tinggi, harga mulai Rp 700 ribu hingga menembus Rp 5 juta. Perbedaan mendasar dari tiga macam kelas produk itu terletak pada jenis bahan yang digunakan. Untuk kelas low, bahan tas lebih banyak menggunakan kain kanvas. Produk kelas medium masih menggunakan campuralebihn, namun diperbanyak kulit. Sedangkan tas kelas tinggi, bahannya full dirancang dengan kulit. Dalam hal strategi pemasaran, Yuyun lebih memilih cara online. "Promosi kami cenderung lewat online dalam bentuk website maupun sosial media karena menguntungkan, dan jangkauannya lebih luas," ucapnya. Selain tas, industri rumah tangga ini juga memproduksi jaket berbahan kulit domba. Namun pengerjaannya masih mengandalkan penjahit dari Bandung. Satu buah jaket dijual dengan harga minimal Rp 1,3 juta. ( Amelia Hapsari / CN33 / SMNetwork )Bagi Anda pengguna ponsel, nikmati berita terkini lewat http://m.suaramerdeka.com This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. |
You are subscribed to email updates from Hasil Pencarian peluang bisnis - Yahoo To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar